Pages

Rabu, 18 April 2012

Sejarah Kauman

Muhammad Imam Makhrus

HallKauman, yang begitu dikenal oleh hampir seluruh masyarakat Jawa, sebagai nama kampung yang terletak di tengah-tengah kota, berdekatan dengan Masjid Agung dan Alun-alun Keraton atau Alun-alun Kabupaten. Hampir di setiap Kabupaten atau Kotamadya di Propinsi Jawa Tengah dan sebagian daerah di Jawa Timur terdapat nama Kampung Kauman.

Namun Kampung Kauman yang ada di Kota Surakarta, memiliki cerita tersendiri, yang sejarah kelahirannya mempunyai kisah yang panjang. Nama Kauman memiliki keterkaitan dengan keberadaan Keraton Kasunanan Surakarta. Berdiri seumur dengan di bangunnya Masjid Agung Surakarta oleh PB III tahun 1757 M. Masjid ini dibangun oleh raja sebagai bentuk kewajiban raja dalam memimpin rakyatnya dimana raja sebagai Sayyidin Panatagama Khalifatullah, yang berarti raja selain menjadi pemimpin kerajaan raja juga sebagai pemimpin agama agar rakyat dapat hidup damai dan sejahtera.

Tower2Dimana untuk melaksanakan tugas raja sebagai Sayyidin Panatagama Khalifatullah ini, maka raja mengangkat dan menempatkan seorang Penghulu (seorang ahli dibidang agama skaligus penasehat raja) di Masjid tersebut. Dan Penghulu juga diberi hak pakai atas sebidang tanah yang terletak di sebelah utara Masjid.

Lahirnya kampung Kauman dimulai dengan adanya penempatan abdi dalem pamethakan yang bertugas dalam bidang keagamaan dan kemasjidan yaitu Kanjeng Kyai Penghulu Mohammad Thohar hadiningrat (Penghulu dalem ing keraton dalem Surakarta), yang bermukim di sekitar masjid Agung. Penghulu membawahi tanah disekitar masjid yang warganya terdiri dari abdi dalem mutihan /pamethakan (abdi dalem yang beragama Islam) dan ulama sebagai pembantu/mewakili tugas Penghulu apabila Penghulu berhalangan. Tanah yang beliau tempati adalah pemberian dari Sunan PB III dengan status tanah anggaduh. Yang berarti hanya berhak menempati atau nglungguhi dan tidak punya hak milik.

Oleh keraton, tanah yang ditempati penghulu dan para abdi dalem mutihan tersebut diberi nama Perkauman, artinya tanah tempat tinggal para kaum, dan menjadi Kauman. Seperti yang dijelaskan oleh RM Sajid dalam kutipan Babad Sala hal. 42: “Panggenahing abdi dalem ngulama, saking pangkat bupati sak-andhahanipun sadaya, dumugi kaum, naminipun kampung kauman“.

Sumber: Produksi Batik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar